Afika
**Sayang di
dihari ulang tahunku nanti aku ingin duduk bersama dengan kamu melihat bulan
dimalam hari? “ hmm itu susah sayang, sayangkan lagi sakit,”’ “’pokoknya aku
ingin sayang ajak aku” ‘terus gimana caranya aku bisa ketempatmu’’ ‘’besok
malam datang aja kerumahku tepat jam 12malam, nanti lewat candela kamarku
sayang, nanti aku beri tahu pada bibik buat ngatur semua ini,, “hmm okelah
sayang udah sekarang sayangku bo2 ya, dah larut malam‘’ ‘iya sayangkuu”
‘miss u sayang’ ‘miss u too”’ ..suasana
kembali hening setelah percakapan dalam telepon itu berakhir,..
Pagi cerah, senyum embun sebentuk
percik gumintang dingin membelai rerumputan ditaman kecil belakang rumahku,,
butir2nya memutih bening hening seolah enggan melepas peluk dari kuncup tangkai
bunga mawar putih yang hendak kupetik..
Sejenak aku
terdiam memetakkan rencana nanti malam dihari ulang tahun ‘Afika’ ada banyak
kekuawatiran yang ada dalam benak pikiranku, aku tahu sakitnya Afika sudah
parah “kanker otak stadium akhir” namun dia tak mau dirawat dirumah sakit,
karena dia tahu semua akan percuma dan akan banyak menghamburkan uang saja..
Aku duduk
termangu sambil kuhisap rokokku dalam2, kurasakan nikmat yang tak terjelaskan
oleh ungkapan itu bagiku, ya beginilah aku saat merasakan resah aku selalu
merokok buat temani aku dalam sendiri. sedangkan di tangan kananku beberapa
tangkai2 bunga mawar putih yang barusan kupetik masih menguncup kupegangi
erat..
###
Malam tampak
indah bulan sabit bak senyuman bidadari cantik sedang jatuh cinta pada pangeran
berkuda putih seperti dongeng2 dalam cerita.
Kulihat jam tanganku
sudah pukul 23.46menit, aku bergegas menuju rumah afika yang tak jauh dari
Rumahku berada, telah kusiapkan pula sebuah taman kecil juga dibelakan rumahku
yang kuhiasi dengan bunga2 kelopak mawar yang kutabur dilembar karpet hijau
yang kugelar disana,’ ‘’tok tok’ ‘’ sayang, afika’’ ketuku pelan dicendela
kamarnya yang kubarengkan pula dengan panggilanku. Tak berapa lama aku mengetuk terdengar suar a
pelan dari dalam balik candela, “bentar den” , ku hentikan ketukanku juga
panggilanku setelah kudengar suara bibik Sumi yang menjawab dari dalam.
Kraaak dibukanya candela itu pelan2, aku kemudian berdiri
dari posisi semula yang merunduk, kulihat bibi sumi sedang membukakan pintu
candela, lalu dia balik badan menuju
tempat tidur membangkitkan tubuh “afika’ yang semula masih terlihat terbaring,
kulihat afika sudah rapi mengenakan gaun putih dan tercium aroma wanginya juga
terlihat wajahnya yang cantik, seolah hendak datang dalam sebuah acara pesta. ‘’sayang makasih telah datang” katanya ketika
aku sudah berada disamping tempat tidurnya, “iya’’ balasku singkat sambil
kusematkan kecup dikeningnya. “Bi Sumi Afika aku bawa dulu ya bi nanti aku
anter lagi kesini’’ kataku kepada wanita yang telah beranjak usia senja itu,
“iya den hati2 jaga non Afika ya den” balasnya kikuk sambil sambil membungkukan
badannya sebentar. ‘hati-hati ya den” lanjutnya lagi , tanpa kubalas lagi
kata2nya, aku telah menggendong afika perlahan keluar dari pintu candela
kamarya, yang di ikuti oleh Bi sumi dari
belakang yang kemudian dia menutupnya kembali.
Aku berjalan begitu pelan dan penuh kekawatiran takut ketahuan
keluarga Afika, ‘’sayang kita kemana” kata afika padaku” nanti sayang tunggu
aja bentar lagi sampai kog” jawabku lirih kepadanya,, nah ini sampai.
‘’sayangku bisa berjalan ga” Afika hanya tersenyum saat kulepaskan dari
gendonganku’’.. tak bercakap lama lagi segera kuraih tangan Afika, lalu aku
menuntunya pada sebuah pintu taman buatanku..’’bukalah sayangkuu” kataku pada
Afika, Afika sejenak memandangku tanpa ucapan, dan aku membalas dengan
menganggukan kepala pelan dan tersenyum.
Kreek krek suara pintu taman terbuka, terlihat gelaran karpet hijau dikelilingi lilin2 kecil
juga banyak kelopak mawar yang tersebar disana sini berserakan membuat suasana
seakan hening dan penuh peasaan hati, ada kursi sandar panjang di tengahnya,
kusertakan juga meja kecil yang diatasnya ada sebuah kue tar kecil yang
diatasnya tertancap sebuah lilin..’’sayang’’ kata Afika padaku’’ iya jawabku
‘’sambil kulihat Afika meneteskan air mata, ”makasih ya sayang telah buat semua
ini untukku”’lanjutnya lagi, segera aku raih tubuh Afika yang tampak goyah,
kemudian aku bopong dia, dan aku berjalan menuju kursi panjang itu, Afika
memeluk leherku, sambil dia berkata“sayang andai umurku panjang pasti aku akan
jadi manusia paling bahagia bisa
memiliki pasangan seperti kamu”’ ‘’huustt, ga boleh ngomong gitu sayang”
balasku cepat.,sambil kuletakkan tubuh Afika di atas kursi panjang itu dalam
posisi terduduk.
Kulihat tanpa henti dia memandangiku teruus seolah aku hendak
hilang dari pandangan matanya.’’ Sayang berdo’alah didepan lilin itu lalu
tiuplah” kataku menyuruhnya, tak lama kulihat Afika menyatukan dua tanganya
seperti menyembah, sejenak matanya terpejam mulutnya berkomat-kamit mengucap
do’a, itu perkiraanku. Sebentar kemudian ditiuplah lilin yang tertancap diatas
kue tar itu sekali dua kali hembusan
padamlah sudah.. ‘sayang happy b’dayy’’ kataku sembari kukecup keningnya yang kuteruskan dengan ciuman
pada pipi kanan dan kirinya, ‘’panjang Umur ya sayangkuu” kataku berlanjuT
‘’makasih sayang ‘’ balasnya sambil menangis..
Kenapa sayang menangis”’ tanyaku”’ tuhan tak adil”’
jawabnya’’ kenapa sayang” ‘’kenapa aku tak bisa hidup normal seperti orang lain,
aku tak mau mati secepatnya sayang hiks
hiks ” kulihat Afika menangis, tanpa kubalas katanya, langsung kuraih tubuhnya
kudekap dalam pelukku, sambil kubelai rambutnya mesti tak berantakan,
kutenangkan sejenak isaknyaa..
Angin
berhembus sesaat tiba2 kencang hingga mematikan beberapa lilin yang semula
menyala sebagai penerang, tampak hanya beberapa saja yang masih sedia menyala,
suasana jadi dingin dan hening. Kupandangkan mataku kearah langit. ‘sayang
lihatlah” kataku sambil tanganku menunjuk keatas langit menunjuk bulan sabit. ‘’indahkah
kataku’’ perlahan Afika melonggarkan peluknya ketubuhku lalu kulihat kepalanya
tengadah kelangit mengikuti arah yang kuberitahu, ‘indah sekali sayang”
balasnya sambil kulihat senyum manisnya yang tersamarkan oleh remang, kupandangi
sesaat wajah cantik dari Afika, sambil kuusap2 sisa tangisnya yang masih
membasahi bawah kelopak matanya. ‘’dalam hatiku Ya Tuhan panjangkanlah umurnya
hingga aku bisa menikahinya kelak..
‘’sayang’’ kata Afika memotong sejenak lamunanku “apa sayangku’”
“’aku boleh minta sesuatu buat kado ulang tahunku kali ini ga sayang” katanya”’
mintalah sayang aku akan berusaha untuk memberikannya” balasku ”makasih, sayang
masih merokok’’ tanyanya, aku mengangguk dan menandakan iya, “aku mohon sebagai
kado ulang tahunku, kali ini dan ulang tahunku yang akan datang, dan yang akan
datang lagi maka sayang berhentilah merokok itu saja” aku sejenak diam
merenung, sesaat kupandangi wajah afika penuh harap…. “baiklah’’ kataku sambil
aku mengangguk, “sayang mungkin ini malam terakhir kita bersama2 maka
ijinkanlah aku tertidur dalam pelukanmu ya sayang, biarkan aku mengekalkan
aroma parfum ditubuhmu hingga aku lelap”katanya sambil memelukku erat’’.
Kulihat raut wajah Afika tersenyum mesti tampak kelopak matanya sembab, sesekali
masih kurasakan sesenggukan sisa
dari tangisnya.
aku hanya terdiam saja mencoba kuat mendengarnya. Sambil
kupeluk juga tubuhnya.‘”sayang besok pagi datanglah kerumahku ya, bawalah 3 tangkai bunga mawar 3 warna, buat hadiahku, selain permintaan
tadi,” lanjut Afika sambil matanya terpejam lalu ku jawab “iya sayang
tidurlah”…. **jam tanganku sudah menunjukkan pukul 2.30, segera kurengkuh tubuh
Afika lalu ku bopong dia dalam keadaan tertidur pulas, kemudian kuantar lagi
dia pulang dalam keadaan tidur,
Sampai di samping candela kamarnya
ku panggil pelan2 nama bik sumi” bik bik sumi bik” ucapku berkali-kali ‘’eh iya
DeN balasnya dari dalam. sesaat kutunggui bik Sumi membukakan candela
kamar Afika yang tadinya tertutup, tak
lama kulihat bik Sumi membuka pintu candela itu terlihat wajahnya tergopoh2
kaget habis tertidur,, “maaf bik lama” “dari mana sih Den”’ tanyanya lirih
“ga jauh Cuma ditaman belakang rumahku saja bik’’ tandasku sambil kulangkahkan
kakiku memasuk kamar Afika lewat kamar candela, lalu kuletakkan tubuh Afika
diatas ranjang kasur tempat biasa ia tertidur. “non Afika tidur ya den”
tanyanya “iya bik’ balasku sambil merapikan tubuh Afika lalu
menyelimutinya..sesaat ku usap2 keningnya berkali2, tiba2 air mataku menetes,
lalu kukecup keningnya,, muaaaaaach met tidur sayangku selamat ulang Tahun aku
mencintaimu”’
#####
kriiing kriiiing kriiing haloo selamat pagi ini siapa? ‘saya
den, bi Sumi” iya ada apa bi kog bibi Sumi terlihat menangis?” cepatlah kemari
den ARya, non Afika telah pergi tadi seusai sholat shubuh?, ‘’maksud bibi pergi
kemana?” non Afika non Afika dia telah meninggal DEN arya….
####
sejak saat itu aku berhenti merokok…….******
-END-
mEt ultah ya jingga sayangku ini cerpen kubuat untuk kamu ; )
,, by siungsinaga.com